Rabu, 11 Januari 2017

Sebelum kita mulai untuk mempelajari surat yang ada didalam Al-Qur'an jus 23, Alangkah baiknya kita membaca hadis dibawah ini terlebih dahulu

Related image

  Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwaRasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري .

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027]
Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.
Tafsir dan Pelajaran Surah Yaasiin Ayat 55 -58
Pendahuluan
Setiap manusia yang melakukan suatu perbuatan pasti akan menemui hasilnya, amalan baik hasilnya baik dan amalan buruk hasilnya buruk. Untuk itu jangan sampai ada seorang pun merasa aneh terhadap hasil perbuatan yang mengiringi setiap amal, dan itulah yang menjadi tujuannya. Orang yang berbuat baik dan orang saleh akan mendapatkan pahala baik dari Allah Ta’ala sebagai wujud karunia, kemuliaan dan rahmat-Nya. Orang yang berbuat keburukan dan kerusakan diberi balasan berdasarkan perbuatan buruk, perkataan buruk dan kerusakan yang dilakukan sebagai kebenaran dan keadilan. Ini sama seperti pelajar yang mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Bila bersungguh-sungguh dan belajar dengan benar, mengerti, memahami dan menerapkan yang dibaca, memperbaiki kondisi dan bertakwa kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan, ia pasti berhasil dan bangga di hadapan banyak orang. Namun bila bermalas-malasan, tidur, membuang-buang waktu untuk permainan dan kerusakan, tidak mempelajari buku secara menyeluruh, ia akan gagal, hina dan rendah di hadapan banyak orang. Inilah peraturan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala menggambarkan dua kondisi manusia di akhirat kelak, penghuni surga dan penghuni neraka dalam ayat-ayat berikut,

Penjelasan tentang Penghuni Surga (Ayat 55 – 58)
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (٥٥) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (٥٦) لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (٥٧) سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang.
 Tafsir[1]
Orang-orang yang berbuat baik yaitu mereka yang beriman dan beramal saleh berada di taman-taman surga pada hari kiamat, sibuk dengan beragam kenikmatan yang mereka rasakan dan merenungkan siksa yang menimpa penduduk neraka. “Bersenang-senang,”(QS. Yaasiin: 55) mereka senang dan gembira.
Bersenang-senang tidak sebatas pada diri mereka semata, tapi bersama-sama para istri di surga di bawah naungan yang luas terbentang, bersandar di atas dipan; bantal, kasur dan permadani lembut. (الأرَائِكِ) Araa’ik adalah kasur yang bertilam permadani. Mereka disuguhi beragam buah-buahan dan apa pun yang mereka inginkan. Allah Ta’ala, Rabb Yang Maha Penyayang memberi ucapan penghormatan salam, yaitu aman dari semua yang tidak disuka. Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, “Sejahteralah kalian, wahai penghuni surga.”

Pelajaran dari ayat 5– 58
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin[2] dalam tafsirnya menjelaskan pelajaran dari ayat-ayat ini:
  1. Sesungguhnya manusia pada hari kiamat terbagi menjadi dua golongan; orang-orang yang menjadi penghuni surga, dan orang-orang yang menjadi penghuni neraka.
  2. Firman Allah, “Bersenang-senang”, menunjukkan tentang kesempurnaan kenikmatan surga. Karena setiap sesuatu yang sempurna kenikmatannya, maka akan sempurna pula kesenangan terhadap kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang.
  3. Sesungguhnya para penghuni surga memiliki istri-istri. Allah Ta’ala mensifati istri-istri mereka dengan sifat-sifat yang beragam, seperti dijelaskan Allah dalam ayat lain:
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar-Rahman: 56)
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman: 70)
  1. Kesempurnaan kebahagiaan para penghuni surga. Firman-Nya, “Bertelekan di atas dipan-dipan.” Karena sesungguhnya orang yang bertelekan biasanya dalam kondisi santai dan tenteram. Setiap kali seseorang merasa tenteram, maka akan bertambah ketenangannya. Tidak diragukan bahwa bertelekan di atas dipan-dipan adalah bukti akan ketenangan pikiran dan ketiadaan kesibukan.
  2. Terdapat isyarat bahwa para penghuni surga sampai pada kedudukan itu dengan rahmat Allah. Firman-Nya, “sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha Penyayang.” Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah saw., bahwa tidak akan ada seorangpun yang masuk surga karena amalannya, melainkan karena rahmat Allah Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar